Sabtu, 26 April 2014

Ruang Untuk Kita

Akhir-akhir ini aku sulit tidur. Bukan banyak pikiran, hanya ada beberapa hal harus aku kerjakan. Salah satu hal yang membuatku rela tidak tidur hingga tengah malam, ya, karena mendengar suaramu lewat voicenote yang kau kirim. Mendengar suaramu, menerka-nerka air wajahmu saat berbicara; itulah yang biasa aku lakukan, di samping membaca pesan singkat yang kau tuliskan dengan rapi, dengan huruf dan tanda baca yang penuh dengan intonasi.

Kita berjuang dan melewati yang memang tak pernah kita minta untuk terjadi. Seperti takdir, dia datang seperti pencuri, tanpa laporan dan ucapan permisi-datang menghampiri. Ini bukan salahku juga bukan salahmu. Aku dan kamu sudah tahu dengan apa yang akan kita hadapi, lantas perlukah kita untuk mengeluh? tidak. Jika ternyata aku dan kamu sama-sama menikmati takdir yang terjadi pada kita.

Tetapi apa kau sempat membaca nada ketidakyakinan? manusiawi memang jika manusia punya rasa tak yakin, karena seluruh yang terjadi di kolong langit ini memang penuh ketidakpastian. Dan saat ketidakyakinan pada diriku kutanyakan padamu; jawabanmu tidak seperti perkiraanku. Karena kamu ternyata tidak seperti yang kubayangkan, kamu lebih kuat dan lebih tegar dari yang kukira. Kamu masih berjalan disampingku, menggenggam erat jemariku. Jadi, sudah berapa detikkah kita lewati bersama? Emh.... Tak perlu dihitung. Kebersamaan bukanlah kalkulasi yang penuh dengan jawaban pasti. Kebahagiaan kita juga bukan ilmu hitung yang mutlak dan bisa dipecahkan secara jelas.

Setelah semua yang kita lewati bersama, yakinkah ada surga di ujung jalan sana? Sesudah beberapa tikungan kita lalui, akankah kita tak akan bertemu tikungan yang lebih tajam? Tak ada yang pasti, sayang. Kita hanya tahu melangkah, dan terus melangkah. Menikmati yang ada di kanan-kiri, mempelajari yang ada di depan kita, dan menerima yang harus kita pasrahkan.

Hatimu sudah menjadi milikku, dan hatiku sudah menjadi milikmu. Saat ini kita akan mencoba untuk membangun ruang untuk kita, ruang tempat kita untuk saling memahami juga mencintai , tanpa harus memerhatikan gengsi yang mematikan semua urat-urat hati.

Senin, 31 Maret 2014

Untuk Kekasih Baru Dari Mantan Kekasihku

Ah... sebenarnya aku mengenalmu
Siapa kamu
Dan berapa umurmu
Tapi...
Aku tak terlalu memedulikan itu

Kudengar
Kamu sudah menjadi pilihan mantan kekasihku?
Astaga!
Sudahlah...
Tutup saja mulutmu dengan kedua telapak tanganmu
Lalu...
Dengarkan ceritaku

Tentu saja
Aku lebih dulu mengenal dia daripada kamu mengenalnya
Sudah pasti
Aku lebih tau bagaimana dirinya

Mungkin
Dia pernah bercerita tentangku padamu
Aku bisa menebak bagaimana wajah manisnya itu tiba-tiba
merah padam
Aku mampu membayangkan matanya yang indah tiba-tiba terbelalak
Aku bisa merasakan amarahnya dari sini
Aku  masih sanggup merasakan debar jantungnya yang mulai
berdegup

Sebenarnya...
Dia pria yang baik
Dia manis dan cukup romantis
Entah mengapa ada hal asing dalam dirinya yang sulit kuterima dan
kumengerti
Mungkin...
Kau bisa lebih mengerti
Mungkin...
Kau bisa menerjemahkan keasingan itu menjadi suatu kelaziman

Bagaimana kabarnya sekarang?
Masihkah jemarinya hangat ketika menggenggam tanganmu?
Masihkah bahunya kuat ketika kau bersandar di situ?
Aku tahu kalian pasti sangat bahagia
Walaupun mungkin saja tebakanku salah

Sinar matanya pasti semakin hangat
Ingatanku masih belum mampu melupakan kilatan halus dimatanya
Otakku belum mampu menghapus rasa hangatnya ketika ia
memelukku dulu
Suaranya masih terus menderu
Halus dan lembut saat ia memanggil namaku dulu
Tolong jangan cemberut atau menangis!
Semua terjadi di masa lalu
Dan lihatlah pada dirimu!
Sekarang kamu memiliki dia
Sekarang aku kehilangan dia
Kamu masa depannya
Aku masa lalunya

Kau tak perlu tahu bagaimana hubunganku dan hubungannya berakhir
Yang jelas semua sulit diterima
Semua berakhir dalam keterpaksaan
Mungkin ada keterpaksaan juga saat ia memelukmu dengan erat
Mungkin ada keterpaksaan juga saat ia berbicara cinta denganmu

Kau bisa miliki raga dan tubuhnya
Tapi...
Kau tidak bisa miliki jalan hidupnya

Semoga hanya aku yang tau suara khasnya
saat bermanja kepadaku
Semoga hanya aku yang mengerti keindahan dalam tutur katanya

Kali ini...
Kamu pasti menangis
Kamu pasti menyesal
Merebut kebahagiaan orang lain
tidak selalu menyenangkan
Dan jika saatnya tiba,
kamu akan mengerti bagaimana sakitnya
melihat orang yang kita sayangi direbut oleh
orang lain

Untuk "Ruangan Lama" Yang Telah Menemukan "Penghuni Baru"

    Ku dengar kau telah bahagia bersama pilihanmu. bahagia bersama pilihanmu? apakah kamu tidak mendapat kebahagiaan bersamaku? dan... katanya lagi, kamu telah menemukan dirimu dan duniamu bersama dalam diri kekasih barumu. betulkah?

    Aku masih ingat bagaimana kita berusaha untuk saling mengucap kata pisah dan berusaha saling melupakan. aku tak butuh waktu lama untuk menghempaskan dan melupakan orang sepertimu. tapi... kamu? aku sangat yakin bahwa kamu harus jungkir-balik dan berusaha sangat keras untuk mengendalikan amukan perasaanmu. aku sangat tahu bahwa kamu belum benar-benar melupakanku, kamu belum benar-benar menghapus aku dalam sistem kerja otakmu. sebenarnya.... aku masih menjadi duniamu, dan kamu adalah gravitasi yang terus menerus menahanku, hingga aku bosan dan jera pada semua pikiran negatif-mu.

    Jangan berpikir bahwa aku terluka. jangan sengaja mempersepsikan bahwa aku tak bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik darimu. aku tidak seperti kamu. karena seorang "dalang" harus lebih pintar dari "wayangnya." menyenangkan bukan? kita berada di panggung yang sama, berganti-ganti peran sesukanya, berganti-ganti topeng semaunya.

    Kamu sudah punya "penghuni baru" ya? tentu saja "penghuni barumu" sama munafiknya seperti kamu? kamu tahu pernyataan tentang orang yang memiliki harus memberi pada yang tak memiliki? begitu juga aku, aku harus memberi "ruangan lama" untuk "penghuni baru" kalian sama, sama munafiknya.

    Dan sebenarnya... aku tidak berbohong jika aku berkata bahwa dalam dirimu aku menemukan ketenangan tersendiri. dalam sepaket tawa renyahmu, aku temukan air mata yang selalu berubah menjadi tawa. dalam aliran hening suaramu, ada bahagia yang tiba-tiba berdecak dalam getaran waktu. dan... didalammu aku merasakan semua itu.

    Memang aku sedikit menyesal ketika kita memutuskan untuk saling pisah dan saling mencari kebahagiaan masing-masing. aku sedikit khawatir, apakah kamu-yang-selalu-berkata-mencintaiku akan menemukan kebahagiaan baru? aku takut jika dinginnya dunia membuatmu menggigil. aku takut jika kerasnya dunia menyiksa batinmu yang terlalu sering disakiti itu. aku takut "penghuni barumu" itu tidak dapat menetralisir sikap manjamu yang terkadang datang.

    Tapi.. yasudahlah! semua telah berlalu. aku telah melepas rantai yang sempat membuat kakimu terjerat. aku telah menghancurkan tembok yang menjadikan duniamu memiliki banyak sekat. aku telah melepasmu. sekarang kamu sudah bersama "penghuni barumu". berusahalah kuat dengan apapun yang terlihat baru di matamu, yang baru dan berbeda tak selamanya berarti keburukan.


Untuk "ruangan lama"

yang telah memiliki "penghuni baru"

semoga hanya aku yang mampu membaca kebohongan dimatamu

semoga hanya aku yang mengerti arti dari tatapan sendumu.

Selasa, 25 Maret 2014

Terkadang Kisah Cinta Tidak Hanya Memiliki 2 Tokoh Utama

mencintai akan terasa menyakitkan saat kita mencintai seseorang yang telah memiliki kekasih, dan kita hanyalah sebagai pemeran pembantu dalam kisah tersebut.

"namun aku mencintaimu, lebih dari sekedar teman" ucapku lirih.
"ya, aku tahu. tetapi kita tidak bisa melanjutkan kisah ini, aku tak bisa meninggalkan dia" ujarnya.
"lalu bagaimana dengan aku? perhatianmu selama ini membuat aku menyayangimu." suaraku melemah.
"maaf, mengapa kau menyayangiku? bukankah kau tahu aku telah bersamanya?" dia menatapku dengan pandangan nanar, aku tahu dia terjebak dalam pilihan yang sulit.
"sekarang, kisah kita cukup sampai disini saja" suaranya melemah.
"aku terlanjur menyayangimu. bukankah dulu kau juga bilang bahwa kau menyayangiku? lantas mengapa semua menjadi rumit seperti ini? lalu, sekarang bagaimana?" tanyaku,
"ya, aku tahu. aku menyayangimu, namun kisah kita tak bisa dilanjutkan. kamu harus mencintai lelaki lain, cari saja lelaki lain yang dapat membahagiakanmu." jawabnya
aku pun mulai terisak mendengar jawabnya, "dimana aku harus mencari orang sepertimu? aku hanya bisa menyayangimu, bukan orang lain."
"jangan cari seseorang sepertiku, di luar sana akan ada seorang lelaki yang berjanji menyayangimu dan tak akan meninggalkanmu. bukan seperti aku, kamu tak pantas menangisi lelaki jahat seperti aku, dan kamu adalah wanita baik, di sana akan ada lelaki baik yang siap menyayangimu lebih dari aku." aku kembali terisak,
"aku tahu itu, tapi aku tak peduli entah itu kamu lelaki baik atau jahat, aku menyayangimu. satu hal yang perlu kamu ingat, aku akan tetap setia menunggumu, kamu bisa kembali kapan saja kamu mau ketika kamu telah lelah mencari cinta lain." kataku padanya.
"aku harap kamu tak menungguku." ucapnya singkat.
"apakah kamu tak akan kembali lagi kepadaku nanti?" tanyaku,
"aku hanya tak ingin kamu merasakan sakit saat menungguku." ia berkata untuk terakhir kalinya, lalu pergi meninggalkanku seorang diri.

aku sempat berpikir bahwa ini hanya sementara. aku masih meyakini bahwa suatu saat aku akan menjadi satu-satunya. aku masih meyakini bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua, aku tidak selamanya akan terus kau sembunyikan. selama ini, saat aku bersamamu, aku lupa apa arti cinta. perasaanku mati untuk merasakan bahagia. aku terbiasa dengan perasaan sakit yang kubuat sendiri, aku terbiasa dengan perlakuanmu yang terkadang menganggap aku tak ada. kamu terlanjur membuatku percaya, bahwa cinta adalah kesabaran menjadi pihak ketiga. aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri, hanya untuk mengharapkanmu, kamu yang tak pernah menganggap perasaanku ada dan nyata.

tetapi semua berakhir saat aku belum sempat merasakan menjadi satu-satunya milikmu, seperti yang selama ini kuyakini. sudahlah, semua sudah terjadi. percayalah, kita akan bahagia dengan jalan kita masing-masing, tanpa harus menyakiti pihak lain, tanpa harus menyangkal Tuhan yang menyebabkan cinta itu ada.

Senin, 24 Maret 2014

(Kurasa) Ini Cinta

Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu ketika memanggilku, semua berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. awalnya, semua berjalan sederhana. kita bercanda, kita tertawa, dan kita saling mengingatkan; walaupun segala perhatian itu hanya tercipta melalui pesan singkat-BBM. perhatian yang mengalir darimu dan segala perbincangan manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.

kehadiranmu membawa perasaan lain. hal berbeda yang kamu tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan lebar. aku tak sadar, bahwa kamu akan datang memberi perasaan asing bagiku. ada yang hilang jika sehari saja kamu tak menyapaku melalui dentingan chat BBM. perasaan ini.. ketertarikan sesaatkah? aku tak tahu, aku hanya merasa menemukan sosok yang berbeda. lantas terlalu terburu-burukah jika kusebut ini cinta? entahlah, semua terlalu instan menurutku.

jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang. itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah  dan manusiawi. proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. kalau kau ingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam milyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkataan dan bualan.

perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi terkendalikan. siapakah yang bisa mengendalikan perasaan? siapakah yang bisa menebak perasaan cinta akan jatuh pada orang yang tepat ataupun salah? aku tidak sepandai dan secerdas itu. aku hanya wanita biasa yang merasakan kenyamanan dalam hadirmu. aku hanya wanita yang takut kehilangan seseorang yang belum kumiliki.

Rabu, 19 Maret 2014

Semua Berubah Seiring Berjalannya Waktu

Mata indah itu masih sama seperti saat pertama kali kamu menatapku.
senyum itu pun masih sama, terukir dengan sangat manis. dan menurutku itu salah satu daya tarikmu untuk memikat hati lawan jenis.
lalu... suara? yaa, suara yang sangat khas, suara yang sangat ingin kudengar(lagi).

Waktu bergerak dengan begitu cepat, pertemuan dan perpisahan berganti-ganti seperti pakaian yang melekat di tubuh kita. dulu, kamu masih laki-laki dengan lesung pipi yang tersenyum saat mendapat cokelat. dulu, aku hanyalah perempuan lugu yang tertawa melihatmu memakan cokelat dengan sangat lahap. kita berproses dalam waktu, bertambah dewasa dalam takdir yang kita tekuni, semua sudah berbeda dan tak lagi sama.

Apakah kamu masih menjadi laki-laki dengan senyum manis yang seringkali kucuri keindahannya, dengan diam-diam menatapmu? apakah kamu masih orang yang sama, pria dengan sikap sederhana yang mampu melayangkan setiap bayang-bayang menjadi kebahagiaan yang mengalir pelan? ceritakan padaku, apa yang kau alami selama beberapa tahun kemarin? kebahagiaan yang berlipat-lipatkah?

Kita sudah lama tak saling bertatap mata, tapi aku tak pernah lupa sinar matamu ketika menatapku dengan lugu. aku tak bisa melupakan senyummu yang seringkali membuatku bertanya-tanya, tak ada diksi yang pas untuk mengungkapkan perasaanku dulu. mungkin, kamu masih ingat, kita dulu masih sangat kecil untuk berbicara dan berbincang tentang cinta. karena hatiku dan hatimu belum siap memahami yang telah terjadi saat itu, kita menjalani perasaan yang terkesan maya tapi terasa begitu nyata.

Dulu, aku tak pernah berpikir untuk memperjuangkan kamu. aku hanya tahu, kalau perasaanku begitu unik dan menyenangkan. kamulah yang pertama kali membuat hatiku tergoncang. aku masih ingat betul, saat kita berjalan di lorong-lorong kelas, mencuci tangan di wastafel dekat ruang guru. mencari-cari tempat yang tak terlalu panas saat senam pagi di hari jum'at. membeli makanan di sebelah kantin kelas kita dulu. berlarian mengelilingi lapangan saat olahraga. mencuri perbincangan saat bapak-ibu guru menjelaskan materi. nampaknya tempat-tempat yang kita kunjungi bersama sekarang sudah banyak berubah. begitu juga aku dan kamu yang banyak berubah. perasaanku memang tak lagi sama, tapi entah mengapa aku tak bisa melupakan kenangan yang sudah lebih dulu terjadi.

Kita sudah lama tidak bertemu, bagaimanakah wajahmu? masihkah tatapanmu lembut seperti dulu? apakah suaramu masih hangat dan tawa renyahmu masih begitu menyejukkan?

Lagi... Tentang Kita (re-post)

ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memerhatikan beberapa tulisan berlalu-lalang. setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada di sana, berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan kudefinisikan lagi. ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk, mencoba tak memedulikan keadaan. karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri,

tentu saja, kamu tak merasakan apa yang kurasakan,juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak lagi saling mengganggu. bukankah dengan berjauhan seperti ini, semua terasa jadi lebih berarti? seakan-akan aku tak pernah peduli, seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak miliki rasa perhatian. bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita.

kali ini, aku tak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kau pahami. karena aku sudah tahu, kamu sangat sulit untuk diajak berbasa-basi, apalagi jika berbicara soal cinta mati. aku yakin, kamu akan menutup telinga dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kau terjemahkan sendiri. aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau benci. seperti dulu, saat aku bicara cinta, kau malah tertawa. seperti saat kita masih bersama, aku berkata rindu, namun kau tulikan telinga.

hanya cerita sederhana yang mungkin tak ingin kau dengar sebagai pengantar tidurmu. kamu tak suka jika kuceritakan tentang air mata bukan? bagaimana kalau kualihkan air mata menjadi senyum pura-pura? tentu saja, kau tak akan melihatnya, sejauh yang aku tahu; kamu tidak peka. dan, mungkin saja sifat burukmu masih sama. walaupun kita sudah lama berpisah dan sudah lama tak saling bertatap mata.

entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. ini tentang kita. ah... sekarang kamu pasti sedang membuang muka, tak ingin membuka luka lama. aku pun juga begitu, tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang samar, tak ingin mereka-reka senyummu yang tak seindah dulu

kalau boleh aku jujur, kata "dulu" begitu akrab di otak, pikiran, dan telingaku. seperti ada sesuatu yang terjadi, sangat dekat, sangat mendalam, sampai-sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak. sudah kesekian kali, aku menyebut namamu diam-diam dalam sepi, dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin; tertiup jauh namun mungkin akan kembali.

wajah baruku bisa kau lihat sendiri, terlihat lebih baik dan lebih hangat daripada saat awal perpisahan kita. bicara tentang perpisahan, benarkan kita memang telah berpisah? benarkah kita sudah saling melupakan? jika memang ada kata "saling" tapi mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? dan, mengapa hingga saat ini kamu tak benar-benar menjauh? kadang, jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi. dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani... menjalani sesuatu yang tidak tahu harus disebut apa. tapi, katamu masih ada rasa nyaman ketika kita kembali berdekatan. terlalu tololkah jika kusebut belahan jiwa? keterikatan aku dan kamu tak ada dalam status, tapi jiwa kita, nafas kita, kerinduan kita; miliki denyut dan detak yang sama.

tidak usah dibawa serius, hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui. sejak kamu tak lagi di sini, sejak aku dan kamu memilih jalan sendiri-sendiri, aku malah sering main dengan sepi, sulit untuk dipungkiri.

dan, diantara tugas sekolah yang membuat jemariku pegal
diantara kertas-kertas yang berserakan
aku masih merindukanmu.